Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Jein Marlinda Bangun Ekonomi masyarakat Komunitas Adat Terpencil Suku Lauje


Jein Marlinda Bangun Ekonomi masyarakat Komunitas Adat Terpencil Suku Lauje - Tidak ada yang mustahil jika mau mencoba. Ungkapan ini dibuktikan oleh Jein Marlinda. Kegigihannya dalam mendampingi Suku Lauje, khususnya dalam memanfaatkan potensi yang ada di sekitarnya telah membuahkan hasil dan mendapat apresiasi dari berbagai pihak.


Jein Marlinda Bangun Ekonomi masyarakat Komunitas Adat Terpencil Suku Lauje
Jein Marlinda Bangun Ekonomi masyarakat Komunitas Adat Terpencil Suku Lauje


 

Suku Lauje merupakan salah satu suku yang tinggal di Pulau Sulawesi. Lauje tinggal secara nomaden untuk mendukung aktivitas pertanian, salah satu sumber untuk mendapatkan makanan. Sekilas, apa yang dilakukan oleh Jein Marlinda dianggap tidak mungkin untuk dijalankan.

 

Mengajak suku yang biasa hidup berpindah-pindah untuk mengolah hasil bumi dan menjadikannya sumber penghasilan, bukan perkara mudah. Selain penolakan dari masyarakat suku tersebut, minimnya peralatan dan jarak tempuh untuk menjual hasil produksi juga merupakan PR yang sangat besar.

 

Tantangan yang dihadapi Jein Marlinda

 

 

Jein Marlianda merupakan sosok muda yang sangat optimis. Di tangannya, hal yang tidak mungkin bisa menjadi kenyataan. Lauje termasuk salah satu suku yang mendiami wilayah-wilayah terisolasi, pegunungan di Kecamatan Tinombo, Palasa, dan Tomini.

 

Masalah yang dihadapi oleh Suku Lauje cukup komplek. Selain semakin kesulitan dalam memenuhi kebutuhan makanan, keterbatasan akses layanan dasar seperti transportasi, kesehatan, dan pendidikan menjadi PR dalam mendukung kehidupan mereka.

 

Meski demikian, suku ini termasuk sudah mempunyai pengetahuan dalam bidang pangan. Mereka sudah mengetahui tentang cabe, bawang, dan jagung. Salah satu jenis tanaman yang menurut Jein dapat menjadi sumber penghasilan di luar tumbuhan yang dapat langsung dimakan adalah pohon aren.

 

Jein paham, bahwa aren merupakan sumber alam yang dapat diolah menjadi barang yang layak jual. Namun untuk mengajak masyarakat Lauje memanfaatkan aren tidak mudah. Suku ini menganggap aren sebagai pohon keramat dimana jika ada yang menebangnya, maka bisa mendatangkan bencana. Sebagai simbol kehidupan, mereka menjaga dan melestarikan aren.

 

Di satu sisi, perempuan Lauje sudah mempunyai kemampuan dalam mengolah gula aren dengan pengetahuan turun temurun. Potensi ini yang ingin dikembangkan oleh Jein. Di luar itu, keterbatasan akses pasar juga menghambat potensi ekonomi dari gula aren. Dengan mengoptimalkan potensi lokal ini, Jein yakin tingkat kesejahteraan Suku Lauje akan meningkat.

 

Inisiasi yang dilakukan Jein berhasil mengajak perempuan Lauje untuk memproduksi gula aren dengan menggunakan bahan dan alat seadanya. Selain masalah alat, persoalan yang tidak kalah adalah keterbatasan modal. Kendala Jein yang lain adalah modal. Pertama memulai progarmnya, perempuan penuh semangat tersebut hanya mempunyai modal Rp. 200 ribu.

 

Saat produksi awal, jumlah gula yang bisa dihasilkan hanya 20 buah. Belum lagi kendala untuk pemasaran yang harus menempuh jarak puluhan hingga ratusan kilometer. Kendala ini sempat membuat Jein patah semangat, namun kembali dikuatkan oleh kegigihan perempuan Lauje dalam membuat gula dari bahan aren dengan menghasilkan gula semut.

 

Gula semut sendiri merupakan gula yang dibuat dari bahan nira aren dengan cara merebus nira sampai terbentuk kristal. Kristal tersebut kemudian dikumpulkan dan dikemas menjadi gula yang dikenal dengan nama gula semut.


Jein Marlinda Bangun Ekonomi masyarakat Komunitas Adat Terpencil Suku Lauje
Gula semut sendiri 


Mulai Mendapat Dukungan

 

Kerja keras Jein di awal melakukan program akhirnya mendapat dukungan dari banyak pihak. Ide Jein untuk mengembangkan potensi lokal berhasil mendorong suku Lauje agar semakin maju. Bersama suku Lauje, Jein tidak hanya mengenalkan gula semut yang menjadi produk lokal unggulan, namun juga memberdayakan masyarakat.

Semua masyarakat Lauje dilibatkan dalam menyediakan bahan baku, produksi dan pemasaran gula aren. Saat ini potensi Suku Lauje yang sebelumnya belum digarap semakin dapat dikembangkan.

 

Berkat produksi gula semut, ekonomi masyarakat lauje terus meningkat. Perempuan Lauje pun semakin berdaya dengan kemampuan dalam kehidupan sehari-hari. Jein tidak hanya mengajak masyarakat untuk memproduksi gula semut, tetapi juga melestarikan lingkungan agar produksi gula yang sudah berjalan dapat terus berkelanjutan.

 

Menjadi Identitas Suku Lauje


Jein Marlinda Bangun Ekonomi masyarakat Komunitas Adat Terpencil Suku Lauje


 

Gula semut dari Lauje merupakan salah satu identitas yang memudahkan masyarakat di luar Sulawesi untuk mengenal suku ini. Sampai saat ini Jein masih terus mengembangkan dan berupaya untuk meningkatkan kesejahteraan Lauje dengan memanfaatkan kearifan lokal yang ada di sekitarnya.

 

Jein tidak hanya menjadikan gula semut sebagai komoditi, namun juga sebagai identitas bagi Suku Lauje. Masyarakat yang sebelumnya hidup dengan membuka hutan untuk bercocok tanam, kini mulai memaksimalkan potensi yang ada sehingga lingkungan di sekitarnya juga tetap terjaga.

 

Apa yang dicapai Jein bersama suku di Sulawesi ini awalnya tidak mudah. Mengubah pandangan tentang cara memanfaatkan hasil alam, mengajak aktif berproduksi kemudian membuka pasar untuk hasil produksinya, di awal penuh tantangan. Namun saat ini apa yang dirintis Jein sudah terlihat hasilnya dan dirasakan oleh Suku Lauje.

 

Berkat kegigihan dan kerja kerasnya, Jein mendapat anugerah SATU Indonesia Awards dari Astra. Anugerah tersebut merupakan apresiasi untuk anak muda yang mendedikasikan diri dalam mendukung perubahan lingkungan.

 

 

Sumber: 

https://teknodaily.viva.co.id/berita/2343-jein-marlinda-pahlawan-gula-semut-dari-sulawesi-tengah?page=all
https://teknodaily.viva.co.id/foto/2343-jein-marlinda-pahlawan-gula-semut-dari-sulawesi-tengah

Posting Komentar untuk "Jein Marlinda Bangun Ekonomi masyarakat Komunitas Adat Terpencil Suku Lauje"