Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Trisno Sulap Dusun Tanon jadi Desa Wisata


Trisno Sulap Dusun Tanon jadi Desa Wisata - Dari tangan yang penuh kepedulian, semua bisa berubah jadi lebih baik. ungkapan ini sangat cocok diberikan untuk kontribusi Trisno terhadap desanya. Terletak di Lokasi yang tidak jauh dari ibu kota provinsi Jawa Tengah, Semarang, masih ada dusun yang sangat sederhana. Dusun tersebut adalah Tanon, Desa Ngrawan Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang.

 

Trisno Sulap Dusun Tanon jadi Desa Wisata
Trisno Sulap Dusun Tanon jadi Desa Wisata


Hampir semua penduduk Tanon hidup dari bertani dan beternak. Karena tidak banyak pilihan jenis pekerjaan, membuat sebagian warganya yang berusia muda memilih untuk merantau agar kehidupannya lebih baik. hal ini semakin membuat Tanon susah berkembang seperti desa-desa lainnya.


Trisno, Sarjana Pertama dari Tanon

 

 

Tidak semua penduduk Tanon pasrah dengan kondisi tanah kelahirannya. Salah satunya adalah Trisno. Pemuda yang mempunyai wawasan maju itu ingin mengubah kondisi desanya agar bisa berkembang dan dapat bersaing dengan desa sekitarnya. Untuk mendapat bekal ilmu guna membangun Tanon, Trisno rela merantau ke Solo dan kuliah di Universitas Muhammadiyah Surakarta atau UMS.

 

Dari bangku kuliah pemuda tersebut terus mencari ide bagaimana mendorong Tanon dan warganya agar bisa lebih maju dengan menggali dan mengoptimalkan potensi desa. Berada di bawah gunung Telomoyo, alam Tanon menjadi salah satu magnet yang dapat menarik orang untuk jauh. Namun karena belum dikembangkan, masyarakat belum mendapat manfaat dari potensi tersebut.

 

Pemuda kelahiran Dusun Tanon, Semarang 12 Oktober 1981 ini mempunyai mimpi untuk mengubah desa dan penduduk di sekitarnya agar yang sebelumnya miskin agar bisa maju dan mandiri dengan mengembangkan potensi wisata.

Awalnya, sarjana sosiologi dari UMS ini membuat paket wisata outbound dan berperan sebagai pemandunya. Dengan peralatan dan konsep outbound yang saat itu masih sederhana, ternyata bisa mengundang wisatawan untuk datang ke desanya.

Dibantu teman-temannya sesama mahasiswa UMS, Trisno mulai mengembangkan konsep outbond yang dirintisnya. Sementara warga Tanon saat itu masih sebagai penonton yang belum terlibat langsung.

 

Apa yang dirintis Trisno terus dibanjiri tamu yang datang ingin melihat dan mencoba menikmati outbond di bawah gunung Telomoyo. Karena kewalahan, sarjana pertama di Tanon tersebut kemudian mengajak semua warga untuk terlibat.

Sebagai daya tarik, Trisno menawarkan aneka permainan tradisional dalam paket outbond tersebut. Permainan rakyat yang dikenalkan kepada peserta outbound juga biasa dimainkan sehari-hari oleh anak-anak, diantaranya permainan bentik, gobak sodor dan egrang.

 

Desa Menari

 

 

Trisno Sulap Dusun Tanon jadi Desa Wisata
Trisno Sulap Dusun Tanon jadi Desa Wisata


 

 

Dengan semakin banyaknya tamu yang datang, penghasilan penduduk pun terus bertambah. Meski awalnya sebagian besar penduduk bekerja sebagai petani dan peternak, namun terlibat dalam aktivitas wisata ternyata juga menarik untuk mereka sebab bisa mendatangkan uang.

 

Tidak mau maju sendirian, Trisno semakin menggandeng semua masyarakat Tanon. Tua muda, maupun anak-anak, semua dilibatkan dalam membangun Tanon menjadi desa wisata. Agar lebih mudah dikenal oleh masyarakat dari luar, Trisno membranding desanya sebagai “desa Menari.”

 

Untuk mewujudkan konsep ini, Trisno melibatkan anak-anak sampai orang dewasa untuk belajar menari. Beruntungnya, tarian bagi warga desa Tanon sudah menjadi wujud pelestarian budaya lokal.

Bahkan berbagai tarian secara turun-temurun sebelumnya sudah sering ditampilkan pada acara tertentu sehingga hanya tinggal memoles saja. Jenis tarian yang sering disuguhkan pada tamu di “Desa Menari” antara lain Topeng Ayu, Kuda Debog, Kuda Kiprah, dan Warok Kreasi.

 

Tarian dari Tanon semakin menjadi magnet yang mengundang wisatawan. Mulai dari anak-anak sampai dewasa, semua memberikan kontribusi. Ada yang berperan sebagai penari, penabuh gamelan hingga kreator. Keunikan ini yang menjadikan semakin banyak wisatawan dalam dan luar negeri datang ke Tanon.

 

Tidak itu saja, bagi warga yang kurang mempunyai bakat dalam menari dan mengelola outbond, bisa ambil bagian dengan menyediakan sajian khas desa serta menyiapkan oleh-oleh berupa makanan dan kerajinan khas Tanon.

 

Kreativitas ini yang membuat anak muda Tanon tidak lagi harus meninggalkan dusunnya untuk merantau karena banyak potensi yang bisa mendatangkan uang di kampung halamannya. Peningkatan ekonomi ini juga mendorong kesadaran untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Hal ini dibuktikan dengan semakin banyaknya anak muda Tanon yang duduk di bangku kuliah.


Tidak Meninggalkan Sektor Peternakan dan Pertanian

 

 

Trisno Sulap Dusun Tanon jadi Desa Wisata
Trisno Sulap Dusun Tanon jadi Desa Wisata


 

Meski dengan konsep wisata yang mengedepankan budaya sudah bisa mengangkat perekonomian warga Tanon, namun Trisno tidak akan berhenti memaksimalkan potensi desanya.

 

Pemuda tersebut sudah membuat konsep pengembangan peternakan sapi dan pertanian untuk mendukung sektor pertanian. Konsep yang dibuat adalah dengan menyediakan sarana wisata peternakan, mengajak para wisatawan untuk ikut serta memberi makan sapi, memerah susu sapi, sampai menanam dan memanen padi yang ada di persawahan Dusun Tanon.

 

Trisno juga sudah memikirkan kesiapan penduduk untuk menyambut dan menerima tamu dari mancanegara. Salah satu yang dilakukan dengan mengajari penduduk, baik anak-anak, pemuda dan orang tua agar fasih berbahasa Inggris.

Trisno sudah berhasil mengangkat nama dusunnya dan taraf kehidupan masyarakat Tanon. Dengan langkah kecil, banyak perubahan besar terjadi. Jika Trisno bisa, maka kamu juga bisa. Indonesia masih menunggu kontribusi dan peran aktif kamu untuk membangun masyarakat.

 

Berkat ide dan kontribusinya Trisno mendapat apresiasi dalam Satu Indonesia Astra atau SIA Award. SIA Award sendiri merupakan anugerah untuk anak muda yang membawa perubahan di masyarakat.

 

 

Sumber:

Posting Komentar untuk "Trisno Sulap Dusun Tanon jadi Desa Wisata"