Diana Cristiana Da Costa Ati Pengabdian di Pelosok Papua
Pengabdian Diana Christiaan Da Costa Ati. sungguh luar biasa. Gadis Timor Leste yang memutuskan untuk menjadi Warga Negara Indonesia ini merupakan guru penggerak yang berada di daerah terpencil di Kabupaten Mappi Papua Selatan. Dia berkiprah sejak tahun 2018 sebagai guru Penggerak dan terpilih sebagai penerima apresiasi program Satu Astra Awards di tahun 2023
Diana Christiaan Da Costa Ati |
Program Guru Penggerak merupakan inisiatif dari Bupati Mappi Kristosimus Yohanes Agawemu yang menjabat periode 2017-2022. Kerjasama dilakukan dengan Gugus Tugas Papua Universitas Gadjah Mada (UGM). Kontrak kerja sama awalnya dilakukan dengan sekitar 500 an guru selama 2 tahun.
Pengabdian Pendidikan di Papua
Diana berkerja sebagai Guru di SDI Kaibusene Distrik Haju, kabupaten Mappi, Provinsi Papua Diana merupakan lulusan dari Universitas Nusa Cendana 2017 dengan jurusan Pancasila dan Kearganegaraan. Perjuangannya bukan hanya tentang pendidikan. Diana juga harus berjuang luar biasa karena kehidupan yang di alami jauh berbeda dari kehidupannya di kota sebelumnya.
Namun saat Covid 19 melanda, proses belajar mengajar terhenti. Setelah masa kontrak 2 tahun berakhir tahun 2020, setahun kemudian Diana memilih kembali ke Mappi. Lagu dari Edo Kondologit dengan lirik “Tanah kami tanah kaya, kami berenang di atas minyak, tidur di atas emas…..” ikut memberikan semangat dalam keputusannya mengabdi di tanah Papua. Diana ditempatkan di Kampung Atti yang berada di Distrik Minyamur oleh Bupati Kristosimus .
Belajar Mengajar |
Pertama kali menginjakkan di tanah papua. Diana Merasa prihatin dengan kondisi pendidikan anak-anak di Papua. Banyak anak-anak yang tidak bisa menyebutkan identitas negara Indonesia dan belu bisa membedakkan Bendara Indonesia dengan benar. Sementara itu, tidak ada yang bisa menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya dan apa isi Pancasila. Sebelumnya anak-anak di pelosok memang jarang yang bersekolah. Mereka lebih banyak memilih membantu orang tua dalam mencari makan di hutan.
Perjuangannya menjadi Guru Penggerak di Papua tidak sia sia. di februari 2019 saja, anak didik Diana sudah mengalami perkembangan yang signifikan. banyak perubahan yang didapat. Anak-anak ini memiliki mimpi yang sangat besar. Diana dan kawan-kawan guru lainnya, menyiapkan perpustakaan mini dengan jumlah buku 500 buah untuk dibaca setiap jam 16.00 WIT di tempat tinggal mereka
"Ibu sa su cape ka begini terus saya mau naik pesawat kayak bapak-bapak dorang di Jakarta sana, naik mobil mewah, sa tra pernah naik mobil Ibu guru, sa mau tidur di atas spon, Sa mau minum air bersih, Sa mau jadi orang hebat ibu…", tulis Diana menggambarkan mimpi-mimpi anak didiknya yang dikutip dari laman tniad.mil.id.
Minimnya fasilitas yang ada tidak menyurutkan niat Diana untuk mengabdi memberikan pendidikan yang terbaik untuk anak-anak. terutama untuk hal mendasar seperti membaca dan menulis. menamkan pemahaman kepada anak mengenai pentingnya pendidikan untuk menuju kehidupan yang lebih baik cukup membuahkan hasil. Dan mendidik tidak selalu menunggu di kelas untuk memberikan pelajaran kepada siswa, namun dilakukan dengan hal yang tidak biasa seperti mendatangi orang tua murid agar pesan pentingnya pendidikan untuk anak bisa dipahami dan diterapkan dimanapun.
SATU Indonesia Awards
Diana bersyukur karena perjuangan yang dilakukan di Papua mendapatkan dukungan dari Astra SATU Indonesia Awards sebagai Penerima Apresiasi Bidang Pendidikan dalam hal Pengabdi Pendidikan di Pelosok Papua Selatan
Apresiasi Astra SATU Indonesia Awards |
Dalam pengabdiannya di Kampung Atti, saat pertama kali mengajar , jumlah peserta didiknya 65 hanya orang. Tahun 2022 jumlah siswa di SD Negeri Atti bertambah menjadi 85 orang. Bahkan, kini sudah banyak siswa yang telah melanjutkan sekolah. Pada 2022 sebanyak 24 siswa SD Negeri Atti berhasil masuk SMP, mereka sekarang duduk di kelas VIII. Pada tahun ini, sebanyak 14 anak juga berhasil melanjutkan sekolah ke SMP.
Selain tantangan dari luar. Tantangan juga datang dari fasilitas sekolah yang ada. Pergantian bupati membuat pasokan kebutuhan belajar mengajar ikut terganggu. oleh karenanya, Diana berinisiatif untuk meminta donasi di Media Sosial namun tidak dalam bentuk uang. Donasi dibuka untuk sumbangan buku, alat tulis dan pakaian layak pakai untuk anak anak.
Badan Musyawarah kampung Atti Willem PAsim bersyukur atas kehadiran Diana dan teman-teman pengajar. Diana mengaku betah tinggal di pedalaman papua. “hidup tak semata-mata soal uang dan karir yang mentereng di kota besar, namun juga pengabdian bagi sesama,” katanya.
Keceriaan anak Papua |
Dengan dukungan dari Astra, sekarang Diana dan teman-teman guru di sana cukup terbantu karena selalu dimonitor terkait kegiatan dan program yang dijalankan. Sekiranya ada hal yang memerlukan bisa didukung Astra, program dan kegiatan belajar mengajar bisa disesuaikan.
Posting Komentar untuk "Diana Cristiana Da Costa Ati Pengabdian di Pelosok Papua"
Terima kasih telah berkunjung. Salam!