Dampak COVID-19 Bagi Masyarakat yang Berobat ke Puskesmas
Dampak
COVID-19 Bagi Masyarakat yang Berobat ke Puskesmas - Momen awal tahun yang
seharusnya menjadi ajang merealisasikan mimpi dan impian harus tersendat karena
datangnya penyakit yang mematikan. Yang awalnya Wuhan Coronavirus telah menjadi
COVID-19 (Corona Virus Disease). Perjalanan virus Corona berawal saya sudah
menuliskan di postingan sebelumnya.
Saya tidak mengira jika wabah ini bisa sampai ke
Indonesia, karena awalnya hanya di Wuhan, Tiongkok. Ternyata penyebarannya
sangat cepat, dan menularnya bisa lewat manusia ke manusia lainnya. Banyak yang
meninggal yang tekena positif, banyak pula tenaga medis yang juga gugur di
tengah medan perang sebelum pandemi ini usai. Jujur takut, tapi saya berusaha
tidak panik berlebihan. Selalu berusaha menguatkan dalam diri bahwa ini akan
baik-baik saja.
Terpaksa Harus Berobat ke
Puskesmas dan Rawat Inap di Rumah Sakit
Saat semua orang menjauh dari yang namanya puskesmas
atau rumah sakit, karena dalam masyarakat merupakan tempat menakutkan. Banyak
virus bisa menyebar di puskesmas atau rumah sakit, kami harus mendatangi
puskesmas. Karena Emak sakit.
Emak sudah hampir sebulan sering jatuh, karena
tiba-tiba kakinya lemas. Kadang beliau berusaha jalan sendiri, make tongkat
karena nggak ingin merepotkan dan alih-alih belajar jalan agar ototnya nggak
lemas. Eh, lagi-lagi jatuh dan membuat Emak terluka. Karena sudah kali kesekian
kami memutuskan untuk pergi ke puskesmas. Tapi anak-anak emak yang lain kurang
menyetujui, dikarenakan ada pandemi Covid-19.
Mungkin mereka mengira emak masih baik-baik saja,
meski kami sudah sering bilang emak jatuh kasihan kalau nggak diajak berobat.
Badannya sudah lemas, dan jalanpun susah. Lagi-lagi kami harus menurut dulu,
agar tidak membawa emak tapi pada puncaknya kami nggak tega dan harus membawa
emak.
Kurang lebih setengah jam untuk menuju ke puskesmas,
tapi karena emak gemuk dan nggak bisa bonceng di motor jadilah kami panggil
tukang becak. Setelah sampai di sana kami memapah emak, dengan pelan-pelan.
Puskesmas lengang, hanya beberapa saja yang berobat bisa dihitung dengan jari.
Waktu antrian selesai dan emak masuk ruang dokter,
dokter langsung bilang, "Ini struk ringan, bisa lumpuh kalau nggak di
rawat inap!" Pasti berat mendengar langsung, dan tempat yang kami ingin
jauhi terpaksa harus kami sambangi bahkan bermalam di sana. Tapi semua ini demi
kesembuhan emak, Bismillah. Akhirnya dengan berbagai prosedur administrasi emak
bisa dibawa, dan puskesmas menyediakan ambulan. Syukurlah.
Di ruang khusus perawat Puskesmas, emak akan diinpus
saya berusaha menenangkan emak. Di ruangan yang sama, tangan bapak yang titanus
sedang diobati, melihat keduanya terkapar tidak berdaya membuat nyeri hati.
"Ada riwayat bepergian dari luar kota nggak?
"
"Ada keluarga yang pulang dari luar kota
tidak?"
"Jangan bohong lho!"
Ah ... pertanyaan-pertanyaan yang
terlontar dari tenaga medis ini, sungguh luar biasa. Dampak corona menyebabkan
bahaya di mana-mana. Kami jujur apa adanya, tidak ada keluarga kami yang
tinggal merantau. Karena dikiranya emak sakit itu karena corona, padahal ya
bukan. Karena emak merasa lemas kakinya, dan gulanya naik. Alhamdulillah
semuanya diproses dengan cepat, karena puskesmas kosong pasien.
Pengaruh Covid-19
dalam kehidupan sehari-hari kami ya, agak membua khawatir. Karena ada Emak yang
harus wara-wiri rutin chek up. Ada rasa yang kurang percaya juga dari pihak
puskesmas di kira kenapa-kenapa, bahkan dikira bohong juga. Harapannya semoga
corona segera berlalu, segera musnah dan hilang. Mengingat dua hari lagi sudah
memasuki bulan Ramadhan. Yang mana ada perintah tidak boleh tarawih berjamaan
di Masjid, demi menghindari penyebaran virus. Semoga yang sakit lekas sembuh,
dan yang sehat selalu jaga badan agar selalu kuat. Salam!
#BPNRamadan2020,
Day #2
Orang kendal mas? Kendalnya mana
BalasHapus